Inilah cerita si katak pincang. suatu ketika seekor katak jantan yang kaki kiri belakangnya terluka, ia berjalan dengan tanpa melompat menuju sebuah linangan air yang hampir terserap habis oleh si tanah tandus. Ia kehausan karena setengah harinya ia hanya terlelap di bawah sejuknya ilalang pagi yang hanya sementara, ia lupa akan kebutuhannya akan air yang menjadi teman hidupnya.
Di pertengahan perjalanannya ia berhenti seraya melihat linangan air yang sangat sedikit lalu berkata “apakah air itu akan tetap ada ketika aku sampai di sana, rasanya tidak mungkin...” ia mulai putus asa, ia merasa tak sanggup lagi untuk sampai kesana dalam waktu yang cepat. Setelah beberapa menit ia berhenti ia berubah pikiran “tidak! Air itu pasti tetap ada” katanya. Sesegera mungkin ia melanjutkan perjalanannya dengan kaki yang semakin membusuk di tambah panasnya matahari yang semakin lurus dengan tubuhnya, ia terus berjalan tanpa merasakan kelelahannya.
Sesampainya disana, ya ALLAH! Begitu sedihnya si katak pincang, tak ada setetespun air di tempat linangan air tadi. Ia pun menyesal bukan kepalang, menangisi kegagalannya, ia marah pada dirinya sendiri .”andai aku tadi tidak berhenti pasti air itu masih ada” bisiknya dengan nada penyesalan.
Detik berubah menjadi menit, menitpun berubah menjadi jam si katak pincang pun mati karena kehausan dan dengan membawa impian yang belum tercapai.
Just remember a time
Do what u can do now... :D
BalasHapus